Menyikapi Hadits Tentang Lalat

Di suatu pagi …
Fatih : “Bro,
ngopi yuk!”
Ma’arif : “Ayo,
Tapi ente ya yang bayarin!”
Fatih : “Tenang
aje, fulus ane masih banyak. Kemaren ane baru dimudhifin.”
Ma’arif : “Wah caqef
tuh.”
Sesampainya di kantin.
Fatih : “Akhi, ‘afwan qohwah itsnain ya!
Indocafe waahid wa Luwak waahid”
Penjaga Kantin : “Thoyib,
intadzir siwaya”
Ma’arif : “Tih, hari
ini kegiatannya apaan ya?”
Fatih : “Hari
ini cuma beres-beres kamar aja. Mang mao ngapain lagi hari
Jum’at.”
Fatih : “Akhi,
kholas lamma?” Fatih bertanya kepada penjaga kantin.
Penjaga kantin : “Kholas
akhi, Haa hiya dza qohwatukumaa”
Fatih : “Syukron!”
Penjaga kantin : “Laa
Syukro ‘alal waajib”
Ketika mereka sedang enak menikmati kopi, tiba-tiba ada tamu yang
tak diundang hinggap di kopi Ma’arif. Tamu tersebut adalah seekor lalat. Secara
reflek Ma’arif berkata :
Ma’arif : “Yaaah Tih,
ada lalet nemplok di kopi ane nih!”
Fatih : “Udah
buang aja bro!”
Ma’arif : “Kopinya?”
Fatih : “Bukan
kopinya, tapi laletnya. Pertama-tama ente celupin dulu laletnya,
terus buang laletnya habis itu ente minum lagi dah tuh kopinya.”
Ma’arif : “Ah ente
bakhil jiddan, tinggal beliin lagi aja kopinya. Masa ane harus
minum kopi yang udah ditemplokin lalet. Jorok ah!”
Fatih : “Gini
nih kalo pas lagi belajar tidur, mang ente gak dengerin pas Ustadz Arfan
nerangin hadits tentang lalet nemplok?”
Ma’arif : “Lah
emangnya ada hadits tentang lalet nemplok?” Ma’arif kebingungan.
Fatih : “Ada,
tapi ane lupa bunyi haditsnya, hehehe”
Ma’arif : “Lah,
sami mawon itu mah”
Ikhwan fillah
pasti kita pernah kan mengalami seperti cerita di atas, lagi enak-enak
ngopi atau ngeteh tiba-tiba ada lalat hinggap di minuman yang
sedang kita minum. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita kepada ummatnya.
Kalau ada lalat yang hinggap di minuman yang sedang kita minum maka hendaklah
mencelupkan lalat tersebut ke dalam minuman lalu buang lalatnya. Karena sayap
lalat mengandung dua zat, yaitu zat penyakit dan zat penawar dari penyakit
tersebut. Sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Nabi Shollallaahu ’Alaihi
Wa Sallam :
وَ
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ (( إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ، ثُمَّ
لْيَنْزِعْهُ، فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ داءً، وَ فِي الآخَرِ شِفَاءً ))
أخرجه البخاري و أبو داود، وَ زَادَ (( وَ إِنَّهُ يَتَّقِى بِجَنَاحِهِ الَّذِي
فِيْهِ الدَّاءُ ))
Artinya : Dan dari Abi
Hurairoh berkata : Bersabda Rasulullah Sholallaahu ‘Alaihi Wa Sallam ”Apabila lalat jatuh pada
minuman kamu, maka hendaklah ia celupkan lalat itu, lalu keluarkan dan buanglah
lalat tersebut, karena pada salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap
yang lainnya ada penawarnya (obat).” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Dawud).
Dan Abu Dawud menambahkan: Bahwasanya lalat itu selalu menjaga dirinya dengan
sayapnya yang ada penyakitnya.
Ko kelihatannya jorok dan aneh ya? Ya kalau menurut kita yang akalnya
terbatas, terkadang menganggap syari’at Allah itu aneh. Ternyata bukan syari’at
Allah yang aneh, tapi memang akal kita yang terkadang tidak sampai kepada
syari’at Allah. Karena memang Allah mencipatakan akal kita itu terbatas dan
untuk melengkapi keterbatasan akal maka gunakanlah iman.
Pada zaman Rasulullah belum ada penelitian tentang hadits lalat tersebut,
tetapi para sahabat Nabi menanggapi hadits tersebut dengan keimanan. Terkait
dengan hadits tersebut, dua siswa di Lamongan Jawa Timur mengungkapkan fakta
mengejutkan tentang lalat, ternyata bakteri yang ada pada tubuh lalat dapat
dimanfaatkan untuk obat diare. Dan berkat temuannya tersebut dua pelajar
tersebut mendapatkan medali emas pada Olimpiade Projek Penemu Muda di Georgia
Amerika Serikat. Silahkan simak beritanya di : https://www.youtube.com/watch?v=oRJWkvf44Fo dan berita terkait : http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/04/29/o6dpzp368-4-pelajar-indonesia-raih-medali-emas-di-ajang-olimpiade-internasional
Sungguh semua yang
dikatakan oleh Rasulullah adalah wahyu yang datangnya dari Allah SWT.
وَمَا
يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ ٣ إِنۡ
هُوَ إِلَّا وَحۡيٞ يُوحَىٰ ٤ )سورة النجم,٣-٤(
3. dan
tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya
4.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)
(An
Najm,3-4)
TAKHRIJUL HADITS
Shahih. Dikeluarkan oleh Bukhari (no.3320. 5782) dan lain-lain. Dalam salah
satu riwayat Bukhari:
إِذَا
وَقَعَ الذُّبَابُ فِيْ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ ثُمَّ
لِيَطْرَحْهُ، فَإِنَّ فِيْ إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِيْ الآخَرِ شِفَاءً
Apabila lalat hinggap di bejana salah
seorang dari kamu, maka hendaklah ia celupkan semuanya, kemudian hendaklah ia
membuangnya, karena sesungguhnya pada salah satu dari kedua sayapnya terdapat
penyakit, sedangkan pada sayap yang lain terdapat obatnya.
Adapun riwayat Abu Dawud (no. 3844) dengan lafazh:
إِذَا
وَقَعَ الذُّبَابُ فِيْ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ فَامْقُلُوْهُ، فَإِنَّ فِيْ أَحَدِ
جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِيْ الآخَرِ شِفَاءً وَإِنَّهُ يَتَّقِيْ بِجَنَاحَيْهِ
الَّذِيْ فِيْهِ الدَّاءُ فَلْيَغْمِسْهُ كُلَّهُ
.
Apabila lalat hinggap di bejana salah seorang dari kamu, maka hendaklah
kamu mencelupkannya, karena sesungguhnya pada salah satu dari kedua sayapnya
terdapat penyakit, sedangkan pada sayap(nya) yang lain terdapat obat
(penawarnya). Dan sesungguhnya ia menjaga dirinya dengan sayapnya yang ada
penyakitnya, maka celupkanlah semuanya.
Sanad hadits ini hasan. Karena Muhammad bin Ajlan yang ada dalam sanad
hadits ini seorang rawi yang derajat haditsnya hasan.
FIQIH HADITS
- Kaidah “hukum asal segala suatu benda atau zat itu
suci sampai datang dalil shahih yang menegaskan najisnya”. Apabila tidak ada
dalil, maka ia tetap pada hukum asalnya yaitu suci.
-
Bolehnya membunuh lalat dan lain-lain yang
membahayakan dan kotor, seperti nyamuk.
Disyari’atkannya berobat dari penyakit, tidak hanya tawakkal semata. Akan
tetapi berobatlah, kemudian bertawakkal kepada Allah.
-
Bahwa Allah yang menciptakan dan menurunkan
penyakit, dan demikian pula dengan obatnya.
-
Bahwa penyakit dan obatnya Allah diturunkan secara
bersamaan.
-
Bahwa setiap penyakit itu ada obatnya.
-
Bahwa Allah yang menyembuhkan penyakit.
-
Bahwa seseorang harus menjalani sebab-sebab syar’i
yang telah ditentukan Allah, dengan tidak menghilangkan tawakkal. Seperti
berobat ketika sakit dengan obat dan cara pengobatan yang dibenarkan oleh
syara’.
- Bahwa taqdir wajib ditolak atau dilawan dengan
taqdir juga. Penyakit adalah taqdir, maka lawanlah dengan taqdir juga, yaitu
berobat. Karena penyakit dan obatnya, Allah yang menurunkan keduanya kepada
manusia. Seperti lapar dan haus adalah taqdir, maka lawanlah dengan taqdir
juga, yaitu makan dan minum. (Jawabul Kafi, hlm. 26-32 oleh Imam Ibnul Qayyim).
-
Mu’jizat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai
salah satu bukti atau tanda dari tanda-tanda kenabian dan kerasulan beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menceritakan kepada kita, bahwa pada kedua sayap lalat terdapat penyakit dan
obatnya (penawarnya).
- Kaidah “bahwa yang menjadi asas di dalam Islam
adalah wahyu (Al Qur’an dan Sunnah), sedangkan akal mengikutinya atau sebagai
pembantunya, bukan sebaliknya sebagaimana pemahaman yang sesat dan menyesatkan
dari Mu’tazilah, Falasifah, Asy’ariyyah, Maturidiyyah dan lain-lain yang
mendahulukan akal daripada wahyu”.
وَعَنْ
أَبِيْ وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ رَضِيَّ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا قُطِعَ مِنَ الْبَهِيْمَةِ -وَهِيَ حَيّةٌ-
فَهُوَ مَيِّتٌ.أَخْرَجَهُ
أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذيُّ وَحَسّنَهُ وَاللَّفْظُ لَهُ .
Sumber arti hadits dan takhrijul hadits :
https://almanhaj.or.id/2902-bab-bejana-bejana-12-17.html
Suber lain :
https://www.youtube.com/watch?v=oRJWkvf44Fo
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/04/29/o6dpzp368-4-pelajar-indonesia-raih-medali-emas-di-ajang-olimpiade-internasional
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/16/04/29/o6dpzp368-4-pelajar-indonesia-raih-medali-emas-di-ajang-olimpiade-internasional
Istilah-istilah anak pondok :
Dimudhifin : Istilah ini
digunakan kalau santri habis didatangi oleh keluarganya
Akhi :
Saudaraku, bang, mas
kholas lamma? :
Sudah apa belum?
‘afwan qohwah itsnain :
Kopinya dua ya
Kholas akhi :
Sudah nih
intadzir siwaya :
Tunggu sebentar
Haa hiya dza qohwatukumaa :
Nih kopi kalian
Syukron! :
Terima kasih
Laa Syukro ‘alal waajib :
Sama-sama
ente bakhil jiddan :
Kamu pelit sekali
Waahid :
Satu
Ane :
Ana = Saya
Ente :
Anta = Kamu
Post a Comment for "Menyikapi Hadits Tentang Lalat"