Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 2)

Bismillah. Alhamdulillah Setelah terhenti lama akhirnya Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 2) dapat kembali dipublikasikan, dan nantikan Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 2). Selamat membaca.



واختلف في البسملة هل هي آية من الفاتحة ومن كل سورة؟ فعند مالك أنها ليست آية من الفاتحة ولا من كل سورة، وعند عبد اللهبن المبارك أنها آية من كل سورة، وعند الشافعي أنها آية من الفاتحة وتردد في غيرها ولم يختلفوا فيها في النمل في عدها من القرآن. ومن خواصها إذا تلاها شخص عند النوم إحدى وعشرين مرة أمن تلك الليلة من الشيطان وأمن بيته من السرقة وأمن من موت الفجأة وغير ذلك من البلايا أفاده أحمد الصاوي.

Dan diperselisihkan bentang basmalah itu apakah termasuk surat Al-Fatihah dan dari semua surat lainnya? maka menurut Imam Malik: "Sesungguhnya basmalah bukan termasuk ayat dari surat Al-Fatihah dan bukan bagian dari setiap surat”. Dan menurut Syekh Abdullah ibnul Mubarak: “Sesungguhnya basmalah termasuk ayat dari setiap surat”. Dan menurut Imam Asy-Syafi'iy: “Sesungguhnya basmalah adalah ayat dari surat Al-Fatihah, namun beliau ragu-ragu [tidak memastikannya] pada selain surat Al-Fatihah”. Dan para ulama tidak berselisih pendapat mengenai basmalah di dalam surat An-Naml, dalam hal diperhitungkannya basmalah tersebut termasuk Al-Qur'an. Dan diantara berbagai keistimewaan basmalah adalah apabila seseorang membacanya ketika [hendak] tidur sebanyak 21 kali, maka ia akan aman pada malam itu dari syetan, dan aman rumahnya dari pencurian, dan aman dari kematian mendadak dan lain-lainnya dari berbagai bencana. Demikian Syekh Ahmad Ash-Showiy memberi Penjelasan hal itu.

(الحمد) أي الثناء بالكلام على الجميل الاختياري مع جهة التبجيل والتعظيم سواء كان في مقابلة نعمة أم لا مستحق (لله) وهذا هو الحمد اللغوي الذي طلبت البداءة به، وأما الحمد الاصطلاحي فلا يطلب البداءة به وهو فعل يدل على تعظيم المنعم من حيث كونه منعماً على الحامد أو غيره سواء كان ذلك قولاً باللسان أو اعتقاداً بالجنان أو عملاً بالأركان التي هي الأعضاء

(Segala puji) yakni penyanjungan dengan ucapan menurut cara yang bagus yang diupayakan dengan kesadaran sendiri, disertai tujuan memuliakan dan mengagungkan, sama saja keadaan pujian itu dalam hal merespon terhadap kenikmatan ataupun tidak, adalah menjadi hak (bagi Allah). Dan ini merupakan pujian secara bahasa, yang dianjurkan untuk memulai [sesuatu] dengannya. Adapun pujian secara istilah, maka tidak dianjurkan untuk memulai [sesuatu] dengan pujian itu. Dan pujian secara istilah itu adalah suatu perbuatan yang menunjukkan atas pengagungan kepada Sang pemberii karunia, dari sisi keberadaannya sebagai pemberi nikmat kepada si pemuji atau kepada selainnya. Sama saja keadaan pujian itu berupa ucapan dengan lidah atau keyakinan dengan hati, atau berupa perbuatan dengan bebagai organ tubuh, yaitu anggota-anggota tubuh. 

(رب) أي مصلح (العالمين) لما افتتح بالبسملة افتتاحاً حقيقياً افتتح بالحمدلة افتتاحاً إضافياً جمعاً بين حديثي البسملة والحمدلة واقتداء بالكتاب أيضاً. وعملاً بحديث ابن ماجه: "كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بالحمد لله فهو أجذم" وفي رواية: "فهو أقطع". وفي رواية: "فهو أبتر"
(Tuhan) yakni Zat Pemelihara (semesta alam). Tatkala pengarang [Syekh Salim bin Sumair] membuka [kitabnya] dengan basmalah sebagai pembuka secara hakikat, maka beliau membuka [juga] dengan hamdalah sebagai pembuka secara penyadaran, lantaran menggabung diantara dua hadits [mengenai] basmalah dan hamdalah, dan juga karena mengikut kepada Al-Kitab [Al-Qur’an] dan karena mengamalkan dengan hadits Imam Ibnu Majah: “Setiap perkara yang memiliki hal penting, yang tidak dimulai dalam perkara tersebut dengan ucapan Al-Hamdulillah, maka perkara itu [laksana orang yang] terpotong jari jemarinya”. Dan dalam riwayat lain [disebutkan] “maka perkara itu [bagai orang yang] terpotong tangannya”. Dan dalam riwayat lain [disebutkan]: “maka perkara itu [bagai hewan yang] terpotong ekornya”. 

والمعنى على كل مقطوع البركة وناقصها وقليلها. قال النووي رحمه الله تعالى: يستحب الحمد في ابتداء الكتب المصنفة وكذا في ابتداء دروس المدرسين وقراءة الطالبين بين يدي المعلمين سواء قرأ حديثاً أو فقهاً أو غيرهما، وأحسن العبارات في ذلك الحمد لله رب العالمين. وقال بعض الشافعية: أفضل المحامد أن يقال: الحمد لله حمداً يوافي نعمه ويكافىء مزيده. وقيل: أفضل المحامد أن يقال: الحمد لله بجميع محامده كلها ما علمت منها وما لم أعلم، زاد بعضهم؛ عدد خلقه. كلهم ما علمت منهم وما لم أعلم.
Dan pengertian yang dimaksud pada setiap riwayat hadits itu adalah yang terpotong barokah-nya dan yang kurang barokah-nya dan yang sedikit barokahnya. Telah berkata Imam An-Nawawiy rohimahullahu ta’ala: “Disunnahkan pujian [menulis atau mengucap hamdalah] dalam mengawali kitab-kitab yang dikarang, dan begitupun dalam mengawali berbagai pelajaran oleh para pelajar, dan bacaan oleh para penuntut ilmu di hadapan para pengajar. Sama saja ia membaca [kitab] hadits atau fiqih, atau selainnya. Dan sebagus-bagusnya ungkapan dalam pengucapan hamdalah itu adalah Al-Hamdulillahi robbil ‘Alamiin”. Dan telah berkata sebagian penganut madzhab Imam Syafi'iy: ”Paling utama-nya puji-pujian adalah hendaknya diucapkan Alhamdulillah hamdan yuwafii ni’amahu wa yukafiu mazidahu [Segala puji bagi Allah, dengan pujian yang dapat menyepadani segala karunia-Nya dan dapat menyepadani penambahan karunia-Nya]”. Dan dikatakan [oleh satu pendapat]: “Paling utamanya puji-pujian adalah hendaknya diucapkan Al-Hamdulillahi bijami’i mahamidihi kulliha wa ‘alimtu minha wama lam ‘a’lam [Segala puji bagi Allah, dengan segala puji-pujian kepada-Nya seluruhnya berupa bentuk pujian yang aku telah mengetahui darinya dan bentuk pujian yang belum aku ketahui]”. Sebagian ulama menambahkan “ ‘Adada kholqihi kullihim ma ‘alimtu minhum wa ma lam ‘a’lam [sebanyak bilangan makhluk-Nya, seluruhnya, berupa makhluk yang telah aku ketahui darinya, dan makhluk yang tidak aku ketahui]”. 

Jazakumullah Khoir atas kunjungannya ke blog ane. Nantikan kelanjutan dari Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 3)

Post a Comment for "Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 2)"