Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 3)


Bismillah. Alhamdulillah Setelah terhenti lama akhirnya Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 3) dapat kembali dipublikasikan, dan nantikan Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Tamat). Selamat membaca.



وفي خبر ابن ماجه عن عائشة: "كان رسول الله صلى الله عليه وسلّم إذا رأى ما يحب قال: الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وإذا رأى ما يكره قال: الحمد لله على كل حال رب إني أعوذ بك من حال أهل النار (وبه) لا بغيره (نستعين) أي نطلب المعونة، فتقديم الجار والمجرور لإفادة الاختصاص (على أمور الدنيا والدين) يطلق الدين لغة على معان كثيرة منها الطاعة والعبادة والجزاء والحساب، وشرعاً على ما شرعه الله على لسان نبيه من الأحكام وسمي ديناً لأننا ندين له أن نعتقد وننقاد، ويسمى أيضاً ملة من حيث إن الملك يمليه أي يلقيه على الرسول وهو يمليه علينا، ويسمى أيضاً شرعاً وشريعة من حيث إن الله شرعه لنا أي بينه لنا على لسان النبي صلى الله عليه وسلّم (وصلى الله) أي زاده الله عطفاً وتعظيماً (وسلم) أي زاده الله تحية عظمى بلغت الدرجة القصوى.

Dan di dalam hadits Imam Ibnu Majah, dari Sayyidatina Aisyah [disebutkan]: Adalah Rasulullah apabila beliau melihat perkara yang disenangi, maka beliau bersabda: “Alhamdulillahil ladzi bini’matihi tatimmush sholihat [Segala puji bagi Allah yang dengan karunia-Nya menjadi sempurna berbagai kebaikan]”. Dan apabila beliau melihat perkara yang tidak disenangi, beliau bersabda: “Alhamdulillahi ‘ala kulli haalin robbi inni a’udzu bika min haali ahlin naari [Segala puji bagi Allah atas segala keadaan, wahai Tuhanku sesungguhnya aku bedindung kepada-Mu dari setiap keadaan penghuni neraka]”. (dan hanya kepada-Nya), tidak kepada selain-Nya, (kami memohon pertolongan) yakni kami meminta pertolongan {Adapun didahulukan [susunan kalimat] Al-Jar dan Al-Majrur guna memberikan pengertian pengkhususan} (atas berbagai perkara dunia dan agama) Diucapkan kata Ad-Diin Secara bahasa untuk [menunjukkan] berbagai makna yang banyak, diantaranya [bermakna] ketaatan, ibadah, balasan, dan perhitungan. Dan secara syariat [kata Ad-Diin bermakna] sesuatu yang Allah telah men-syariatkannya melalui lidah Nabi-Nya, berupa berbagai hukum. Dan dinamakan Din [tunduk], karena sesungguhnya kita tunduk kepadanya, yakni kita meyakini dan mengikutinya. Dan [beragam ketentuan tersebut] dinamakan juga dengan Millah [dikte] dari sisi bahwa Zat Maha Raja [Allah] mendiktekannya, yakni menyampaikannya kepada Rasul-Nya, dan Rasul menyampaikannya kepada kita. Dan [beragam ketentuan tersebut] dinamai juga dengan syara' dan syariat, dari sisi bahwa Allah sungguh telah mensyariatkannya kepada kita, yakni telah menjelaskannya kepada kita melalui lisan Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam. (Dan semoga Allah mencurahkan rahmat) yakni semoga Allah menambahkan bagi beliau kasih sayang dan pengagungan, (dan memberi keselamatan) yakni semoga Allah menambahkan bagi beliau akan penghormatan yang besar, yang mencapai tingkatan maksimal. 

[مسألة] قال إسماعيل الحامدي: فإن قيل إن الرحمة للنبي حاصلة فطلبها تحصيل الحاصل. فالجواب: أن المقصود بصلاتنا عليه طلب رحمة لم تكن فإنه ما من وقت إلا وهناك رحمة لم تحصل له، فلا يزال يترقى في الكمالات إلى ما لا نهاية له فهو ينتفع بصلاتنا عليه على الصحيح، لكن لا ينبغي أن يقصد المصلي ذلك بل يقصد التوسل إلى ربه في نيل مقصوده، ولا يجوز الدعاء للنبي صلى الله عليه وسلّم بغير الوارد كرحمه الله بل المناسب واللائق في حق الأنبياء الدعاء بالصلاة والسلام وفي حق الصحابة والتابعين والأولياء والمشايخ بالترضي وفي حق غيرهم يكفي أي دعاء كان انتهى. (على سيدنا محمد) هو أفضل أسمائه صلى الله عليه وسلّم والمسمي له بذلك جده عبدالمطلب في سابع ولادته لموت أبيه قبلها فقيل له: لم سميته محمداً وليس من أسماء آبائك ولا قومك؟ فقال: رجوت أن يحمد في السماء والأرض وقد حقق الله رجاءه. 

(Sebuah masalah) Syekh Ismail Al Hamidiy berkata: “Adapun jika dikatakan: “Sesungguhnya rahmat Allah kepada Nabi telah berhasil [terpenuhi] maka memintakan rahmat tersebut adalah upaya menghasilkan sesuatu yang sudah berhasil [sia-sia belaka]”. Maka jawabannya adalah bahwa yang dimaksud dengan sholawat kita  [permohonan rahmat] atas Nabi adalah meminta rahmat yang belum ada, karena sesungguhnya tidak ada dari suatu waktu, melainkan pasti di waktu itu terdapat rahmat Allah yang belum berhasil [dipenuhi] bagi Nabi. Maka Nabi tidak henti-hentinya akan senantiasa meningkat dalam berbagai kesempurnaan, sampai kedudukan yang tidak terhingga, bagi beliau. Karena itu beliau mendapat manfaat dengan sebab shalawat kita atas beliau, [demikian] menurut pendapat yang shahih. Namun tidak sepatutnya pembaca shalawat bermaksud demikian, akan tetapi ia bermaksud ber-tawassul [berperantara dengan Nabi] kepada Tuhannya dalam meraih tujuan dirinya. Dan tidak boleh berdo'a kepada Nabi & dengan doa yang tidak diberlakukan [dari beliau], seperti Rohimahullahu [Semoga Allah mengasihi beliau]. Akan tetapi yang sesuai dan yang layak bagi hak para Nabi adalah berdoa dengan sholawat dan salam, dan bagi hak para sahabat, dan tabiin, dan para wali, dan para syekh adalah [berdo’a] dengan tarodhdhi [Semoga Allah meridho’i], dan bagi hak selain mereka, maka bentuk doa yang manapun adanya itu mencukupi. (atas baginda kita Nabi Muhammad) Muhammad adalah paling utamanya nama-nama bagi Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan pemberi nama kepada beliau dengan nama Muhammad itu adalah kakek beliau, yaitu Abdul Muththolib, di hari ke tujuh kelahiran beliau, karena ayah beliau telah wafat sebelum beliau lahir. Lalu dikatakan kepada Abdul Muththalib: “Mengapa anda memberinya nama Muhammad, padahal nama itu bukan termasuk nama-nama para bapak anda dan bukan nama kaum anda?” Lalu beliau berkata: Aku berharap, semoga ia akan dipuji di langit dan di bumi. Dan sungguh Allah telah membuktikan harapan Abdul Muththolib itu. 

وقيل: المسمي له بذلك أمه أتاها ملك فقال لها: حملت بسيد البشر فسميه محمداً، وإنما أتى بالصلاة في أول كتابه على رسول الله صلى الله عليه وسلّم عملاً بالحديث القدسي وهو قوله تعالى: عبدي لم تشكرني إذا لم تشكر من أجريت النعمة على يديه، ولا شك أنه صلى الله عليه وسلّم الواسطة العظمى لنا في كل نعمة بل هو أصل الإيجاد لكل مخلوق آدم وغيره، وبقوله صلى الله عليه وسلّم: "من صلى علي في كتاب لم تزل الملائكة تصلي عليه ما دام اسمي في ذلك الكتاب" قال عبدالمعطي السملاوي في معنى هذا الحديث أي من كتب الصلاة وصلى أو قرأ الصلاة المرسومة في تأليف حافل أو رسالة لم تزل الملائكة تدعو بالبركة أو تستغفر له (خاتم النبيين) بفتح التاء وكسرها والكسر أشهر أي طابعهم كما في المصباح فلا نبي بعده صلى الله عليه وسلّم فهو آخرهم في الوجود باعتبار جسمه في الخارج. (وآله) وهم جميع أمة الإجابة لخبر: "آل محمد كل تقي" أخرجه الطبراني وهو الأنسب بمقام الدعاء ولو عاصين لأنهم أحوج إلى الدعاء من غيرهم، وأما في مقام الزكاة فالمراد بالآل هم بنو هاشم وبنو المطلب.

Dan dikatakan [oleh satu pendapat]: “Pemberi nama kepada beliau dengan nama Muhammad itu adalah ibundanya. Malaikat telah mendatangi ibunda beliau, lalu malaikat itu berkata kepada ibunda beliau: “Engkau telah mengandung seorang pemimpin manusia, maka berilah nama untuknya Muhammad!”. Dan sesungguhnya pengarang [Syekh Salim bin Sumair] mendatangkan dengan bacaan sholawat di awal kitabnya, untuk Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam hanyalah karena mengamalkan dengan hadits Qudsi, yaitu firman Allah Ta’ala: “Hai hamba-Ku, bila engkau belum berterima kasih kepadu-Ku bila engkau belum berterima kasih kepada orang yang telah Aku alirkan nikmat melalui sepasang tangannya”.  Dan tidak diragukan, bahwasanya Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan perantara terbesar bagi kita dalam setiap kenikmatan [yang dikaruniai], bahkan beliau adalah asal perwujudan bagi setiap makhluk, yaitu Nabi Adam dan selainnya. Dan dengan sebab [mengamalkan] sabda Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Siapa saja yang bersholawat kepadaku di dalam sebuah kitab, maka tidak henti-hentinya Malaikat bersholawat untuknya, selama namaku masih ada di kitab itu.” Telah berkata Syekh Abdul Mu'thi As-Samlawiy dalam memaknai hadits ini: “Maksudnya adalah siapa saja yang menulis sholawat dan ia ber-sholawat atau ia membaca sholawat yang ditulis di dalam penyusunan karya, atau surat undangan perayaan, atau sebuah surat, maka tidak henti-hentinya para malaikat akan berdoa untuk orang itu, dengan keberkahan atau memintakan ampunan untuk orang itu”. (pamungkas para Nabi) Lafadz khotimun, dengan dibaca fathah huruf ta-nya dan bisa dibaca kasroh adalah lebih terkenal,  khotimun maksudnya adalah pemberi cap kenabian kepada para nabi, sebagaimana di dalam kitab Al-Mishbah. Maka tidak ada nabi setelah beliau Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam karena beliau yang terakhir diantara para Nabi di dalam perwujudannya dengan pertimbangan jasad kasarnya di dalam realita. (dan para keluarga beliau) dan mereka itu adalah semua umat yang berhak dikabulkan do'anya, berdasarkan hadits: Keluarga Muhammad adalah setiap orang yang bertakwa. Hadits dikeluarkan oleh Imam Ath-Thobroniy. Pengertian ini adalah yang paling sesuai dengan kedudukan doa, walaupun mereka sebagai para pelaku maksiat, karena sesungguhnya mereka lebih membutuhkan kepada [dikabulkannya] doa, daripada selain mereka. Adapun di dalam kedudukan zakat, maka yang dimaksud dengan keluarga Nabi Shollallahu ‘Alaihi wa Sallam, mereka adalah para anak keturunan Hasyim dan Muththalib.


Demikian Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 3). Nantikan Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Tamat) bagian terakhir. Jazakumullah Khoiron

Post a Comment for "Terjemah Kitab Kasyifatus Saja (Muqodimah Bag. 3) "